Meskipun secara sosial, si Lewi dianggap sebagai pendosa, namun Yesus tetap memilih dan memanggilnya untuk menjadi murid-Nya. Yesus mencintai dan mendekati para pendosa, yang ditandai “makan bersama” dengan mereka.
Berpuasa berarti keluar dari kecenderungan untuk mencari kepentingan diri sendiri dan semakin bermurah hati dan bersolider dengan sesama.
Yesus mengingatkan para Murid-Nya bahwa konsekuensi dari mengikuti-Nya adalah siap untuk mengikuti jalan penderitan, yang akan membawa kepada sukacita Paskah, keselamatan sejati.
Pertobatan sejati bukanlah sebatas “mengoyakan pakian” (praktek lahirah), melainkan “mengoyakan hati” (pertobatan hati). Hati yang menyesali kesalahannya dan berbalik kepada Allah (metanonia)
Panggilan dan perutusan menjadi intisari teks Injil Lukas di atas. Panggilan adalah rahmat yang perlu didoakan atau dimohonkan kepada yang empunya tuaian. Tuhan yang berinisiatif untuk memanggil para pekerja untuk bekerja di ladang-Nya. Perutusan pun demikian. Tuhan sendiri yang mengutus ketujuh puluh murid ke tempat-tempat tugas pewartaan.