Saya akan mulai dengan episode ini karena Nikodemus adalah seorang pria yang, dengan sejarahnya, menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk keluar dari kegelapan dan menemukan keberanian untuk mengikut Kristus.
Satu-satunya alasan ia masuk neraka karena ia tidak peduli dan solider dengan penderitaan Lazarus. Sikap “mati rasa” terhadap sesama adalah jalan kepada kematian kekal.
Seburuk apapun situasi orang lain, janganlah mudah untuk menuduh, menghakimi dan menjelekan-mencemarkan nama baiknya. Perlunya sikap “merenungkan” dan “menjaga lidah”.
Rendah hati berarti: tidak merasa diri paling benar, tidak mengusai yang lain, tidak mencari pujian atau penghormatan yang sia-sia, keselarasan antara kata-kata dan perbuatan, melihat sesama sebagai saudara, dan menjadi pelayan bagi orang lain.
Kemurahan hati bukan hanya memberi materi, tetapi juga kasih, pengertian, dan penerimaan kepada sesama.
Setelah naik ke puncak gunung bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes, Yesus membenamkan diri-Nya dalam doa dan menjadi bercahaya.
Ia justru mengajak mereka untuk “turun gunung” dan melanjutkan perjalanan ke Yerusalem, tempat di mana Ia akan mengalami penderitaan, kematian, dan Kebangkitan.
Dengan mengasihi dan mendoakan musuh, para pengikut Kristus menunjukan identitasnya sebagai anak-anak Bapa di surga. Setiap Pengikut Kristus dipanggil untuk menyerupai Kasih Allah yang sejati tidak membedakan antara baik dan jahat, tetapi menawarkan cinta tanpa syarat.