Jangan sampai kita merasa malu dan takut untuk mengekspresikan iman kita dalam dunia modern ini. Janganlah kita “menolak atau mengingkari iman” hanya karena alasan kenyamanan dan kepentingan duniawi.
SALSA (SApaan Lembut Sabda Allah)
Sabtu, 5 April 2025
Bac.
I: Yer 11:18-20
Mzm
Tanggapan: “Ya Tuhan, Allahku, pada-Mu aku berlindung”
Injil: Yoh 7:40-53
Sapaan
lembut Sabda Allah hari ini mendorong kita untuk memiliki ketegasan dan
keberanian dalam membela kebenaran iman akan Yesus Kristus. Dalam bacaan Injil
dikisahkan tentang pertentangan atau perbantahan tentang Yesus, dan pembelaan
yang disampaikan oleh Nikodemus. Para pemuka agama Yahudi yang membenci Yesus
selalu menghalalkan segala cara untuk menentang, dan mempersalahkan-Nya. Mereka
menyatakan bahwa Yesus bukan seorang nabi atau mesias. Bahkan mereka menuduh Yesus dengan menggunakan ayat-ayat
suci yang menyatakan bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.
Namun,
ada begitu banyak orang yang mengagumi dan percaya akan karya-karya baik yang
dilakukan oleh Yesus. Dan salah satu tokoh Farisi yang membela Yesus adalah
Nikodemus: “Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia
didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?”.
Perjalanan
iman dari Nikodemus sangatlah menarik. Di awal hidup Yesus, Nikodemus pernah
datang kepada-Nya secara sembunyi-sembunyi, pada malam hari. Namun, di akhir
hidup Yesus, ia secara tegas dan terbuka membela dan menyatakan imannya
terhadap Yesus. Nikodemus telah melewati proses kematangan iman yang sangat
mendalam.
Ada
beberapa pesan inspiratif dari Sapaan Sabda Allah hari ini:
Pertama, kita perlu belajar dan meneladani ketegasan iman dari Nikodemus. Sebagai
orang kristiani kita harus berani dan tegas menyatakan kebenaran iman akan
Yesus Kristus. Jangan sampai kita merasa malu dan takut untuk mengekspresikan
iman kita dalam dunia modern ini. Janganlah kita “menolak atau mengingkari
iman” hanya karena alasan kenyamanan dan kepentingan duniawi.
Kedua, hendaknya kita terus berproses dalam kematangan iman. Kita perlu belajar
dari proses kematangan iman dari Nikodemus: bergerak dari iman yang
“ragu-ragu”, superfisial menuju internalisasi iman yang dewasa dan mendalam.
Kita tidak hanya sekadar “ber-KTP Katolik”, melainkan menghayati iman kristiani
kita secara sungguh-sungguh.
Ketiga, seringkali kita juga mengalami situasi pergumulan dan pertentangan dalam
hidup kita. Sebagaimana yang dialami oleh Yesus, tak jarang kita mendapat
penilaian negatif dan mendapat perlakuan yang menyakitkan. Maka, kita perlu
sabar, berani dan setia menghadapi setiap situasi sulit demi iman dan cinta
kepada Tuhan, serta demi kebaikan sesama.
Semoga Rahmat Tuhan memampukan kita untuk memiliki keberanian dan ketegasan iman, khususnya dalam menghadapi setiap situasi persimpangan dan pergumulan dalam hidup kita, Amin. (John,cmf)