Masa Prapaskah merupakan gladi rohani untuk memperkuat daya tahan kita sehingga di kemudian hari kita berani memberikan perlawanan dan tampil sebagai pemenang seperti dialami oleh Yesus, Sang Guru.
Meskipun secara sosial, si Lewi dianggap sebagai pendosa, namun Yesus tetap memilih dan memanggilnya untuk menjadi murid-Nya. Yesus mencintai dan mendekati para pendosa, yang ditandai “makan bersama” dengan mereka.
Berpuasa berarti keluar dari kecenderungan untuk mencari kepentingan diri sendiri dan semakin bermurah hati dan bersolider dengan sesama.
Yesus mengingatkan para Murid-Nya bahwa konsekuensi dari mengikuti-Nya adalah siap untuk mengikuti jalan penderitan, yang akan membawa kepada sukacita Paskah, keselamatan sejati.
Pertobatan sejati bukanlah sebatas “mengoyakan pakian” (praktek lahirah), melainkan “mengoyakan hati” (pertobatan hati). Hati yang menyesali kesalahannya dan berbalik kepada Allah (metanonia)
Paus menerangkan, Tuhan Yesus berjalan di atas air berarti Tuhan Yesus menempatkan musuh kita di bawah kaki-Nya. Air danau dan gelombangnya sebagai simbol kuasa kejahatan telah ditaklukkan-Nya di bawah kuasa-Nya.