Kita harus mencarinya dan inilah mengapa kita tidak boleh berdiam diri. Kita harus mengambil tindakan, berangkat untuk mencarinya: mencarinya dalam kehidupan, mencarinya di wajah saudara-saudari kita, mencarinya dalam urusan sehari-hari, mencarinya di mana-mana kecuali di makam.
Kristus yang telah bangkit adalah titik balik yang pasti dalam sejarah manusia. Dia adalah pengharapan yang tidak pernah pudar. Dia adalah kasih yang menyertai kita dan menopang kita.
Cinta selalu merupakan sebuah komitmen, selalu ada sesuatu yang harus kita hilangkan untuk menuju ke arah yang lain.
Kita telah melihat Dia berjalan menuju salib dalam keadaan tak berdaya dan terhina, dengan perasaan dan hati seorang anak yang melekat pada leher ayahnya, rapuh dalam daging, tetapi kuat dalam mempercayai pengorbanan, sampai Dia tertidur, dalam kematian, dalam pelukan Bapa.
Simon dari Kirene bertindak tetapi tidak berbicara. Antara dia dan Yesus, tidak ada dialog; tidak ada satu kata pun yang diucapkan. Di antara dia dan Yesus, hanya ada kayu salib.
Yesus mengasihi orang ini bahkan sebelum Ia menyampaikan undangan untuk mengikuti-Nya. Ia mengasihi orang itu apa adanya. Kasih Yesus adalah kasih yang tanpa pamrih: berlawanan dengan logika pahala yang menimpa orang ini.
Perempuan itu telah jatuh ke dalam debu; Yesus meletakkan jarinya di atas debu itu dan menuliskan sebuah cerita baru untuknya.
Bagi Yesus, yang paling penting bukanlah hukuman dan kematian para pendosa, melainkan kesadaran untuk bertobat dan memulai sebuah cara hidup yang baru.